Pengalaman selama petualangan itu lalu dicatat setiap hari dan akhirnya menjadi buku berjudul “Scouting for Boys” sekaligus dijadikan panduan oleh kelompok pemuda itu.
Buku Scouting for Boys yang ia tulis tersebut, berisi pedoman untuk para pemuda dan pemudi saat itu melatih kemampuan dan ketangkasan, cara bertahan hidup yang benar, hingga pengembangan dasar-dasar moral.
Baca Juga: Gibran : Mereka Minta Maaf Karena Viral! Tak Puas dengan Pernyataan Paspampres yang Hajar Sopir Truk
Semua pedoman yang diberikan pada buku itu, kemudian dicetuskan sebagai dasar hadirnya gerakan kepanduan dan menyebar ke hampir seluruh dunia.
Jika dunia internasional mengenal gerakan ini sebagai gerakan kepanduan, maka Indonesia mengenalnya dengan Pramuka.
Sejarah Terbentuknya Pramuka di Indonesia
Pramuka di Indonesia sejatinya sudah ada dan aktif terlaksana sejak zaman kolonial Hindia Belanda.
Namun pada 1916, berdiri sebuah organisasi bernama Javaansche Padvinders Organisatie yang digagas oleh Mangkunegara VII di Surakarta.
Hadirnya organisasi rintisan Mangkunegara VII, membuat gerakan-gerakan serupa ikut bermunculan.
Semua gerakan tersebut, tentunya dikelola oleh beberapa organisasi pergerakan, seperti Hizbul Wathan atau yang saat ini dikenal dengan Muhammadiyah, Sarekat Islam Afdeling Padvinderij atau Sarekat Islam, Nationale Islamitische Padvinderij atau Jong Islamieten Bond, Nationale Padvinderij atau Boedi Oetomo dan lain sebagainya.