Diantara dalil yang dijadikan dasar kebolehan mandi junub bersama pasangan setelah melakukan hubungan badan adalah hadis riwayat riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, dari Sayidah Aisyah, dia berkata;
كُنْتُ أغْتَسِلُ أنَا وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ إنَاءٍ وَاحِدٍ، مِنْ قَدَحٍ يُقَالُ لَهُ: الفَرَقُ
Aku pernah mandi bersama Nabi Saw dari satu ember terbuat dari tembikar yang disebut Al-Faraq.
Juga hadis riwayat Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, dia berkata;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَيْمُونَةَ كَانَا يَغْتَسِلَانِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ
Sesungguhnya Nabi Saw dan Maimunah mandi bersama dari satu ember.
Berdasarkan hadist diatas dan juga berbagai hadist yang lain maka hukumnya diperbolehkan. Bahkan menurut Imam Nawawi, kebolehan ini sudah disepakati oleh seluruh kaum muslimin. Beliau berkata dalam kitab Syarh Shahih Muslim sebagai berikut;
وأما تطهير الرجل والمرأة من إناء واحد، فهو جائز بإجماع المسلمين.
Adapun bersucinya suami dan istri dalam satu ember hukumnya boleh menurut kesepakatan seluruh kaum muslimin.