Pakar Unpad: Endapan Vulkanik Erupsi Gunung Api Lahirkan Tanah yang Subur

- 16 Desember 2021, 08:05 WIB
Erupsi gunung Semeru
Erupsi gunung Semeru /

Sementara di wilayah sebaliknya memiliki suhu yang tinggi sehingga proses pelapukan menjadi lebih cepat dan menghasilkan warna tanah yang lebih cokelat. Tingkat kesuburannya lebih rendah dari tanah yang berwarna hitam.

Hal ini ditemukan Prof. Mahfud dari karakteristik tanah di wilayah Jatinangor. Tanah di Jatinangor merupakan hasil endapan erupsi Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Tampomas yang terjadi beberapa ratus tahun lalu.

“Tapi tanah di Jatinangor cokelat tidak hitam seperti tanah di Lembang yang sama-sama hasil erupsi Gunung Tangkubanparahu. Kenapa? Karena Jatinangor ketinggiannnya rendah sehingga pelapukannya lebih cepat,” paparnya.

Perlu Dilestarikan
Mengingat proses pelapukan yang lama, pemanfaatan lahan subur dari bekas erupsi harus dikelola sebaik mungkin. Jangan sampai, tanah tersebut hilang dengan cepat karena pengelolaan yang tidak baik.

Prof. Mahfud menjelaskan, di beberapa wilayah, tanah vulkanik berada pada lereng curam. Kondisinya mudah tererosi apabila masyarakat melakukan eksploitasi tanpa melestarikannya. Pengolahan tanah harus disertai dengan teknik konservasi tanah dan air, antara lain pembuatan terasering, urugan, hingga pengaturan jarak tanam.

Tanah yang tidak dikelola dengan teknik konservasi akan rentan mengalami erosi. Padahal dari hasil studi di Gunung Krakatau saja, untuk mendapatkan tanah subur setebal 25 sentimeter memerlukan waktu pelapukan mencapai 100 tahun.

“Kalau kena erosi terus, dalam beberapa tahun ke depan akan cepat hilang. Makanya harus disertai teknik konservasi tanah dan air,” pungkasnya.***

 

Halaman:

Editor: Susan Rinjani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah