Seperti yang sudah dijelaskan, gangguan kesehatan ini terjadi akibat abnormalitas respons sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit.
Saat SARS-CoV-2 menyerang paru-paru, sitokin akan menuju organ pernapasan dan mengikatkan diri pada reseptor sel.
Nantinya, sel-sel kekebalan tubuh akan menyusul ke paru-paru untuk mulai melakukan perlawanan terhadap virus.
Normalnya, sitokin akan berhenti bekerja saat sel imun tiba di paru-paru yang terinfeksi. Namun, dalam kasus badai sitokin, protein ini akan terus mengirimkan sinyal yang menyebabkan sel-sel kekebalan datang terus-menerus padahal infeksi sudah mereda.
Dalam kondisi normal, peradangan yang terjadi sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh sedang melawan penyakit.
Akan tetapi, sel kekebalan yang datang secara berlebihan membuat peradangan ekstrem pada paru-paru.Peradangan tersebut bahkan dapat tetap terjadi kendati infeksi virus sudah berhasil diatasi.
Menurut ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University, Mukesh Kumar, PhD, kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel dan jaringan pada paru-paru.
Itu sebabnya, badai sitokin ini sangat berbahaya bagi penderita COVID-19 sehingga memerlukan penanganan khusus.Penyebab badai sitokin sendiri hingga saat ini belum diketahui.