Mungkinkah Berdamai dengan Covid-19, Ini Kata Pakar ITB

- 4 Agustus 2021, 08:25 WIB
Ilustrasi Covid-19. Setelah lebih dari setahun berhasil menekan penyebaran virus Corona, Wuhan kembali melakukan tes Covid-19 akibat melonjaknya kasus.
Ilustrasi Covid-19. Setelah lebih dari setahun berhasil menekan penyebaran virus Corona, Wuhan kembali melakukan tes Covid-19 akibat melonjaknya kasus. /Pixabay/Pete Linforth

CerdikIndonesia - Pada awal penyebaran, jenis virus di Indonesia sama dengan virus yang beredar di Wuhan, China. Namun, seiring waktu berlalu, terjadi perkembangan jenis varian baru.

Virolog di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB Azzania Fibriani mengatakan, hingga saat ini, jenis virus yang paling banyak beredar yaitu varian Delta.

Berdasarkan data tersebut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi penambahan jenis varian virus yang baru.

Baca Juga: Kata-kata Bijak dan Jitu Tentang Rindu yang Membuat Hubungan Semakin Romantis Bersama Kekasih

“Indonesia harus mampu menghadapi perubahan jenis varian virus yang terus bertambah. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan vaksinasi."

"Semakin banyak orang yang telah vaksin maka akan semakin banyak juga orang yang dilindungi dari infeksi SARS-COV2 (Covid-19). Vaksin yang beredar harus terus dipantau keberjalanannya agar keefektifannya tetap sesuai dengan varian virus yang ada,” ujarnya.

Kabar baik dari SARS-COV2 yaitu perkembangan jenis varian virus ini lebih lambat dibandingkan virus yang lain seperti virus influenza.

Oleh sebab itu, dapat memberikan waktu bagi para peneliti untuk mengembangkan obat serta vaksin yang relevan.

Vaksin SARS-COV2

Azzania menjelaskan, vaksin adalah suatu antigen asing yang disuntikan kepada orang yang sehat. Pada macam-macam vaskin digunakan jenis antigen yang berbeda juga.

Antigen yang digunakan ada yang berupa inactive virus seperti pada Sinovac, ada juga yang berupa MRNA.

Vaksin memiliki 2 faktor perbedaan yaitu pada antigen dan adjuvant. Sebelum disebarluaskan, vaksin perlu melalui clinical trial, yaitu yang pertama akan diujikan kepada hewan, lalu diuji kepada manusia,dan setelah lulus akan disebarluaskan untuk digunakan.

Vaksin SARS-COV2 juga memiliki efikasi yang berbeda-beda. Efikasi bergantung pada sifat DNA orang yang disuntikan dan perkembangan virus itu sendiri.

Karena itu, efikasi pada berbagai negara memiliki perbedaan. Sifat DNA dari manusia di satu negara akan berbeda dengan negara yang lain. Hal tersebut juga berlaku dalam perkembangan virus.

Baca Juga: OLIMPIADE TOKYO 2020: Spanyol Siap Kalahkan Brasil di Final Olimpiade Tokyo 2020 Cabang Olahraga Sepakbola

Di Indonesia virus SARS-COV2 akan berbeda perkembangannya dengan negara di belahan dunia yang lain. Oleh karena itu, efikasi vaksin di Indonesia juga akan berbeda dengan efikasi di negara yang lain.

Rational Drug Design

Saat ini, SARS-COV2 sudah memiliki treatmen yang dapat dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh dari mempelajari cara virus menyerang tubuh manusia, maka peneliti dapat mendesain obat yang dapat mencegah hal tersebut. Proses itu dinamakan Rational Drug Design.

Sebelum ditemukan teknologi tersebut, para peneliti merancang obat dengan cara mencobakannya satu per satu senyawa kepada virus lalu mendapatkan hasil. Namun sekarang sudah menggunakan komputasi bioinformatics.

Mekanismenya berupa merancang senyawa terlebih dahulu yang dapat menghambat interaksi ACE2 dengan protein-S, lalu dicobakan secara invitro.

Hal tersebut dapat memperkecil kegagalan dalam pembuatannya. Contoh obat yang berhasil dikembangkan untuk menghambat SARS-COV2 diantaranya Arbidol, Chloroquine, dan Loplinavir.

Editor: Susan Rinjani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x