CERDIKINDONESIA- Badai sitokin (cytokine storm) adalah reaksi abnormal sistem imun tubuh akibat terlalu banyak memproduksi protein kekebalan, yang bernama sitokin.
Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan hebat pada tubuh dan menyebabkan kegagalan fungsi organ.
Menurut National Cancer Institute, sitokin sebenarnya adalah komponen penting dalam sistem imun yang bertugas memberikan sinyal dan reaksi untuk melakukan mekanisme pertahanan terhadap serangan penyakit.
Baca Juga: Kekurangan Persib Usai Dipaksa Imbang Bali United 2-2
Meski demikian, kadar sitokin yang berlebihan justru dapat membahayakan tubuh. Pasalnya, pelepasan sitokin dalam jumlah banyak akan membuat sel-sel kekebalan terus mengirimkan sinyal bahaya secara berlebihan sehingga mengganggu kinerja sel normal.
Akibatnya, terjadi peradangan hebat pada area tubuh yang terdampak. Kondisi ini bisa berakibat fatal dan meningkatkan risiko kematian apabila tidak segera ditangani.
Parahnya, badai sitokin bisa lebih berbahaya dari penyakit utama yang terjadi.
Lantas, apa kaitan antara cytokine storm dan COVID-19?
Seperti yang sudah dijelaskan, gangguan kesehatan ini terjadi akibat abnormalitas respons sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit.
Saat SARS-CoV-2 menyerang paru-paru, sitokin akan menuju organ pernapasan dan mengikatkan diri pada reseptor sel.
Nantinya, sel-sel kekebalan tubuh akan menyusul ke paru-paru untuk mulai melakukan perlawanan terhadap virus.
Normalnya, sitokin akan berhenti bekerja saat sel imun tiba di paru-paru yang terinfeksi. Namun, dalam kasus badai sitokin, protein ini akan terus mengirimkan sinyal yang menyebabkan sel-sel kekebalan datang terus-menerus padahal infeksi sudah mereda.
Dalam kondisi normal, peradangan yang terjadi sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh sedang melawan penyakit.
Akan tetapi, sel kekebalan yang datang secara berlebihan membuat peradangan ekstrem pada paru-paru.Peradangan tersebut bahkan dapat tetap terjadi kendati infeksi virus sudah berhasil diatasi.
Menurut ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University, Mukesh Kumar, PhD, kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel dan jaringan pada paru-paru.
Itu sebabnya, badai sitokin ini sangat berbahaya bagi penderita COVID-19 sehingga memerlukan penanganan khusus.Penyebab badai sitokin sendiri hingga saat ini belum diketahui.
Para ahli berpendapat bahwa kondisi ini berkaitan dengan penyakit autoimun, seperti juvenile arthritis.
Berikut ini adalah gejalanya saat mengalami badai sitokin:
- Demam tinggi
- Pembengkakan pada tubuh
- Kulit memerah
- Kelelahan ekstrem
- Mual
Penanganan badai sitokin
Pengobatan badai sitokin tergantung dari organ yang terdampak. Pada kasus COVID-19, pasien akan membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasannya.
Setelah itu dokter akan memberikan obat melalui infus, seperti Actemra. Obat ini sejatinya digunakan pada penyakit rheumatoid arthritis.
Actemra bekerja dengan cara menghambat reseptor sitokin IL-6.Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, Actemra terbukti dapat meredakan cytokine storm yang terjadi. Akan tetapi, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.***