CerdikIndonesia - Di tengah aksi demo penolakan UU Cipta Kerja ( Omnibus Law ) dengan hadirnya anak-anak di bawah umur dan usia remaja di duga hanya untuk mencari panggung agar diakui oleh teman-temannya di masa mereka yang sedang mencari jati dirinya.
Baca Juga: Anak Bangsa Luncurkan Hi App untuk Perpesanan Instan, Mungkinkah Tandingi WhatsApp?
“Pada kasus ini, polemic penetapan UU Cipta Kerja. Mereka tentu gampang sekali dibakar emosinya. Karena, ibratnya mereka (anak remaja) ini mencari panggung untuk pengakuan,” Kata Ketua Ikatan Psikolog Klinis Jawa Timur, Astrid Wiratna ditemui di Surabaya, Senin (12/10/2020).
Baca Juga: Din Syamsudin Tepi Isu KAMI Dalangi Demo Anarkis Tolak UU Cipta Kerja, Begini Penjelasannya
Astrid mengatakan, para siswa yang mayoritas berusia 13-17 tahun tersebut belum bisa dikatakn dapat berpikir kritos idealisme, dimana idealisme disini menurutnya adaha suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu bersangkutan dengan bersumber dari sebuah pengalaman.
Baca Juga: Lirik Lagu Bila Cinta Didusta Milik Via Vallen
“Nah, padahal mereka belum banyak pengalaman, dan belum tentu memahami substansi suatu konsep hal yang tepat. Misalnya, cara dia memandang aturan negara yang bak itu seharusnya seperti ini. Pemerintah itu saah, dan harusnya seperti ini, dan seterusnya,” tuturnya.
Oleh karena itu,sambungnya, ketika informasi atau pesan yang berisikan negtaif tersebar secara meluas di media sosial, mereka lebih mudah untuk terprovokasi bahkan kearah tindakan yang anarkis.
Baca Juga: Lirik Lagu 'You Know I'll Go Get You' yang Viral di Tiktok, Pernah Kamu Dengar?