Tagar 'Justice for Gilang' Jadi Trending di Twitter, Apa Hubungannya dengan MENWA dan UNS?

- 30 Oktober 2021, 23:58 WIB
Justice For Gilang
Justice For Gilang /

CERDIK INDONESIA - Tagar Justice For Gilang Trending di Twitter hari ini, Sabtu, 30 Oktober 2021.

Kini 2,255 orang menulis cuitan yang sama sebagai tanda simpati akan kematian mahasiswa UNS yang tragis ini.

Bagaimana tidak?

Baca juga: TAYANG 9 AGUSTUS! Berikut Sinopsis Police University, Kisah 2 Mahasiswa dengan Kepribadian yang Berbeda

 

Warganet dibuat kesal setengah mati karena ulah diklat Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang merenggut nyawa Gilang dengan begitu tidak bertanggungjawab. 

Hasil otopsi keluar, dan membuktikan bahwa Gilang dipukuli hingga mati lemas.

Warganet berharap kasus Gilang diusut sampai tuntas.

Baca juga: Park Hae Soo, Pengkhianat Ali di 'Squid Game' Akan Mainkan Drama Baru Bersama Claudia Kim Untuk 'Chimera'

Berikut cuitan yang diunggah warganet:

 

@christinaln*** Nonton di salah satu video narasi mbak Najwa shihab, ternyata kekerasan senior ke juniornya di kampus tahun ini saja ada banyak. Ngeri. Alhamdulillah yg menwa UNS ini viral, jadi yg ngawal banyak. Kita sudah ada di jlan yg benar. Good job, solidarity forever! #JusticeForGilang 

 

@ylmaec** Cukup hati doi saya aja yang beku, Menwanya jan ikutan langsung cuss diapus aja ya pak #JusticeForGilang #BubarkanMenwaUNS #BubarkanMenwa 

 

Untuk kronologi lengkap diunggah oleh akun @putri_yudianti yang membuat thread berisi tragedi Menwa UNS 2013:

 

Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk speak up di twitter.

Tragedi Gilang bukanlah yang pertama kali terjadi.

Mohon maaf klo dalam thread ini ceritanya belepotan, aku gak pintar story telling #JusticeForGilang

Tahun 2013 juga pernah ada korban meninggal.

Tapi gak ada tindak lanjut ke ranah hukum karena keluarga sudah mengikhlaskan, gak ada tindakan autopsi, dan pihak kampus minta diselesaikan secara kekeluargaan tanpa ribut2.

 

Semua pihak diminta bungkam supaya gak tercium media.

Semua demi nama baik kampus.

Karena ini kan lingkungan kampus, bukan lingkungan akademi militer, ya aku pikir gak akan ada tindak kekerasan.

Sayang, faktanya gak seindah pemikiranku.

Kenyataan di lapangan bagaikan di NERAKA.

Total 3 minggu diklat PGP. Aku bakalan ceritain kekerasan apa aja yg aku alami.

Minggu pertama Minggu pertama masih santai, peserta masih bisa pulang ke rumah masing2 karena pendidikannya dari pagi-sore aja.

Panitia masih kalem. Hukuman sebatas latihan fisik doang. Suasana masih ceria. Tekanan mental belum begitu terasa.

Minggu kedua Mulai kelihatan aslinya.

Waktu pertama kali ditampar rasanya spechless kayak gak nyangka ternyata bakalan ada tindak kekerasan.

Kekerasan yg aku alami di minggu kedua yaitu ditampar berkali2 dan dipopor senjata. Hukuman ini punya sebutan masing2. Ini seingatku aja ya

1.Ditampar bolak balik namanya kipas asmara. Berasa habis pake blush on medok klo kena hukuman ini.

2.Dipopor senjata namanya ranting jatuh. Ini cara hukumannya bagian popor replika senjata yg terbuat dari kayu dijatohin ke kepala. Popor senjata yg aku lingkari merah

Perlu diingat walaupun masing2 peserta dikasih helm baja tetap aja berasa pusingnya karena walaupun senjata replika tapi bobotnya berat banget.
 
Otak rasanya ikut bergoncang semua. Feelingku hukuman ini yang bikin Alm. Gilang meninggal dunia.
 
 Minggu kedua ini ada satu temanku cewek yg mengundurkan diri karena ada masalah di bagian punggung atau lehernya gitu, aku lupa.
 
Pokoknya beberapa hari setelah diklat di kampus itu dia baru kena sakitnya, udah dibawa ke medical center tapi gak sembuh2. Untung dia gak maksa lanjut

3.Ditinju namanya extra joss Klo cowok2 lebih parah bisa sampe ditendang dan ditinju di muka juga.

Lihat wajah teman2 cowokku ada yg bengep trus ada yg sudut bibirnya sobek gak sembuh2 karena sering dipukuli di tempat yg sama

4.Push up menggenggam.

Ini kayaknya di menwa2 lain ada, bukan cuma di uns aja.

Jadi posisi push up biasa tapi tangan dikepalkan. Sounds easy tapi bayangin itu push up nya di kondisi aspal yg siang2 kena panas.

Bagian buku2 jari udah sampe berdarah2.

Seniornya masih bisa bercanda klo diklat belum dapat "cincin" (bekas luka di buku2 jari) maka diklatnya perlu diulangin.

Temanku ada yg sampe tangannya bernanah2 karena bolak balik dipake push up menggenggam. Luka belum kering masih ditambahin lagi.

Bayangin aja rasanya, aku ada bekas lukanya tapi samar banget, temanku ada yg sampai jadi keloid.

Perlu diingat mereka melakukan tindak kekerasan kebanyakan di malam hari, waktu kampus sepi, di tempat sepi, dan minim saksi mata.

Kegiatan diklatnya kan waktu liburan semester jadi semakin sepi lingkungan kampus

Minggu ketiga Minggu ketiga acaranya di luar kampus, pihak senior semakin berani dong perlakuannya karena jauh dari kampus.

Lokasinya aku masih inget banget. Desa karanglo kec. Tawangmangu

Di minggu ketiga ini seangkatan pernah ditinju sekali di perut baik cowok/cewek gak pandang bulu.
Jangan lupakan jatah kipas asmara, ranting jatuh, dan push up menggenggam
 
 Hari minggu terakhir penutupan senaaaang banget rasanya karena penderitaan dirasakan akan berakhir.
 
Tapi ternyata tidak.
 
Peserta masih disuruh longmarch.
 
Panitia bilang jalan aja terus nanti di tengah jalan bakalan ada truk tni yang angkut. Aku gak tau klo itu ternyata dibohongi
 
Bayangkan dari desa karanglo tawangmangu jalan kaki sampai kampus.
 
Masih naik dulu ke candi sukuh trus turun lagi. Jalan kaki dari pagi jam 8 atau 9 pagi sampai kampus jam 4 atau 5 subuh keesokan harinya.
 
Hampir 24 jam jalan kaki, berhenti cuma sebentar2 1-2 jam untuk ishoma.
 
Rasanya kaki pengen aku patahin aja biar gak usah jalan lagi dan sekalian dibawa pake ambulans. Badan rasanya udah remuk redam. Paha dalam luka karena keseringan kegesek2 celana
 
Jam 3 atau 4 subuh sampai di bonbin jurug, tragedi besar dimulai.
 
Teman seangkatanku bernama Rochim Haritsah, udah mengeluh sakit sejak 2 atau sehari sebelum long march. Keluhannya muntah2 dan diare akut. Udah diobatin panitia tapi gak sembuh2
 
Waktu long march dia kadang ikut jalan, kadang ikut ambulans.
 
Sampe di bonbin jurug aku masih inget banget dia udah ikut di barisan, wajahnya pucat tapi masih bisa senyum tipis ketika disemangati peserta lain
 
Lanjut jalan ke arah kampus lewat jalan di sebelah jurug, ada jalan sedikit menanjak.
 
Disitu aku lihat depan mata kepalaku sendiri Rochim ambruk gak sadarkan diri. Semua panik, panitia apalagi. Ambulans udah balik dan nggak ngikutin rombongan lagi karena dirasa udah deket kampus
 
Kesalahan fatal di saat2 terakhir. Andai waktu itu ambulans masih ada, mungkin nyawa Rochim masih bisa selamat
 
Akhirnya Rochim dibawa naik motor ke rumah sakit boncengan bertiga sama panitia. Dia masih gak sadarkan diri. Yang lain lanjut jalan sampai mako.
 
Pada saat itu peserta khawatir dengan kondisi Rochim, kita cuma bisa berdoa semoga Rochim nggak kenapa2.
 

Editor: Susan Rinjani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah