Pesta Musim Dingin Asal Mula Perayaan Hari Raya Natal 25 Desember

- 25 Desember 2020, 07:50 WIB
Ilustrasi Hari Natal.
Ilustrasi Hari Natal. /Pixabay / by 5598375

CerdikIndonesia – Bertepatan pada 25 Desember, seluruh umat kristiani sedang berdoa dan merayaan hari Natal sebagai tradisi yang bias dilaksanakan.

Musim dingin, salju, sinterklas, dan pohon natal menjadi identik saat perayaan Hari Raya Natal digelar.

Tapi sempatkan kita merenung, kenapa Nari Raya Natal di laksannakan saat musim salju? Apakah keduanya memiliki keterkaitan?

Simak sejarah di balik Hari Raya Natal bisa menjelaskan keterkaitan keduanya.

Hari Raya Natal diawali dengan perayaan musim dingin pada bulan Desember, jauh sebelum Yesus Kristus hadir ke dunia.

Masyarakat Eropa kuno sudah terbiasa merayakan perayaan tentang cahaya dan kelahiran di hari-hari tergelap yang terjadi selama musim dingin.

Kemudian perayaan ini banyak diikuti dengan harapan cahaya matahari yang lebih lama menyinari hari-hari mereka.

Sementara itu, di Skandinavia, masyarakat biasa merayakan perayaan Yule untuk menyambut kembalinya matahari menyinari bumi, yang diadakan mulai dari 21 Desember hingga sepanjang bulan Januari.

Perayaan Yule ini biasa di lakukan ayah dan anak lelakinya, kemudian membawa pulang sebatang kayu besar yang nantinya akan dijadikan kayu bakar di rumah, sebagai solusi mengatasi dingin.

Selama kayu di bakar, masyarakat akan melakukan pesta kecil-kecilan hingga kayu itu habis terbakar seutuhnya. Biasanya diperlukan waktu 12 hari.

Menurut masyarakat Skandinavia percaya bahwa tiap percikan api yang dihasilkan dari pembakaran kayu itu mewakili lahirnya seekor babi atau lembu baru di tahun berikutnya.

Selang beralu perayaan ini berlangsung meriah di Eropa. Banyak hewan yang disembelih selama perayaan ini berlangsung.

Dari daging yang disembelih itu, akhirnya orang-orang bisa menyantap daging segar setahun sekali.

Wine dan bir juga baru dibuka di akhir Desember karena keduanya baru selesai melalui proses fermentasi sempurna.

Keduanya membuat perayaan Yule semakin di kenal.

Beda lagi ceritanya dengan daerah Jerman. Di Jerman, perayaan pertengahan liburan musim dingin ditujukan untuk menyembah Dewa Oden.

Dewa Oden ini dewa yang ditakuti masyarakat Jerman, karena mereka percaya Oden selalu mengawasi mereka saat malam hari.

Dari pengawasannya itu, Dewa Oden kemudian akan menentukan siapa yang masih layak hidup dan siapa yang harus dimusnahkan.

Karena ada kepercayaan seperti ini, orang Jerman kuno lebih memilih berdiam diri di dalam rumah sepanjang musim dingin.***

Editor: Arjuna

Sumber: Fix Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah