Tahun 2050, Akan Ada Lebih Banyak Plastik Di Lautan

15 November 2020, 15:33 WIB
Ilustrasi Sampah Laut /

CerdikIndonesia - Kita semua mungkin sudah tahu bagaimana berbahayanya plastik untuk keadaan bumi kita. Banyak binatang yang juga mati,karena secara tidak sengaja memakan plastik yang ada dilautan. 

Baca Juga: Jika RUU Minol Sah, Hotman Paris Sebut Dampak Buruknya Bagi Pariwisata Indonesia

 

Kita sadar akan situasi mengacam tersebut, tetapi terkadang sulit untuk memahami betapa buruknya situasi Bumi kita tanpa bantuan statistik.

 

Baca Juga: Datangkan 10 Ribu Tamu di Nikahan Najwa Shihab Putrinya, Rizieq Dihukum Denda Rp50 Juta

 

Seperti yang dilansir dari VICE pada Minggu (15/11/2020), Laporan dari Credit Suisse bisa membuatmu tambah bergidik ngeri. Begini kesimpulannya: "bobot dan volume plastik di lautan akan melebihi total volume seluruh ikan pada 2050."


Baca Juga: Joe Biden Kutip Hadis Nabi Muhammad Saat Kampanye, Bagaimana Realisasinya Saat Terpilih Presiden?

 

Credit Suisse menamai sampah plastik sebagai salah satu tantangan lingkungan terbesar planet Bumi, menurut laporan SBS. Beberapa negara maju, karenanya, bersiap menerapkan “pajak pemakaian plastik” demi mengatasi masalah ini.

 

Baca Juga: Belum Sebulan Balik, Habib Rizieq Siap Konsolidasi dan Tablig Akbar Keliling Indonesia

 


Konsumsi dan pemakaian plastik tanpa kendali, menurut Credit Suisse, sebagian disebabkan keputusan Tiongkok mengetatkan standar kontaminasi dan berhenti mengimpor sampah daur ulang dari beberapa negara. Akhir 2018, Tiongkok melarang pengimporan 24 jenis limbah dari negara-negara pengekspor sampah, seperti dilaporkan Greenpeace.

 

Baca Juga: Tagar Nabi Trending Topik di Twitter Hari Ini, Ini Asal Mulanya

 

Ambil contoh Australia yang terbiasa mengekspor lebih dari 4,2 juta ton sampah daur ulang ke negara lain dari 2016-2017. Lebih dari 1.2 juta ton dari sampah tadi diambil Tiongkok, sisanya disebar termasuk ke Indonesia. Dengan pengetatan aturan tersebut, 99 persen sampah yang biasanya diekspor Australia ke Tiongkok terpengaruh.


Baca Juga: Datangkan 10 Ribu Tamu di Nikahan Najwa Shihab Putrinya, Rizieq Dihukum Denda Rp50 Juta

 

"Oleh karena itu sampah daur ulang melimpah di Australia, tanpa pasar untuk daur ulang, lalu apa yang akan dilakukan pemerintah? Itu pertanyaannya," kata Dr. Trevor Thornton, dosen pengelolaan limbah beracun dari Deakin University.


Baca Juga: Belum Sebulan Balik, Habib Rizieq Siap Konsolidasi dan Tablig Akbar Keliling Indonesia


"Kita harus mengembangkan pasar untuk sampah daur ulang, agar perusahaan dalam negeri dapat membelinya sebagai bahan baku produk ramah lingkungan. Jangan terus-terusan memakai virgin plastic."

 

Baca Juga: ONCE Tunjukan Dukungan Untuk Jihyo Usai Putus Dengan Kang Daniel


Merujuk laporan Credit Suisse, seperti dikutip Waste Management Review, virgin plastic inilah yang bakal menjadi sasaran pajak di banyak negara. Kebijakan ini kemungkinan akan ngetren pada 2020 mendatang.

 

Baca Juga: Habib RIzieq Kena Denda Rp50 Juta, Satpol PP Sebut Peraturan Berlaku Tanpa Pengecualian

 

"Untuk mengatasi situasi ini pada jangka pendek, hanya masalah waktu sampai langkah kebijakan reaksioner semacam pajak plastik akan diambil banyak pemerintahan."


Ayo, Selamatkan Bumi Kita! 
***

Editor: Kurniawan Rio

Sumber: VICE

Tags

Terkini

Terpopuler