Viral di Tiktok, Lagu "Genjer-Genjer" Sebut Milik PKI, Simak Penjelasannya

6 Februari 2021, 17:24 WIB
Ilustrasi aplikasi TikTok / antonbe/Pixabay/

CerdikIndonesia - Viral lagu Genjer-Genjer di Tiktok, apakah benar ini lagu PKI? Simak sejarah dibalik lagu ini.

Baca Juga: SINOPSIS Drama Korea Dear M, Debut Akting Jaehyun NCT yang Akan Tayang Bulan Ini

Dikutip CerdikIndonesia dari LamonganToday dari artikel Sejarah Lagu Genjer-Genjer yang ‘Ditakuti’ Masyarakat Viral di TikTok, Benarkah Ada Hubungannya dengan PKI?

Lagu Genjer-Genjer adalah lagu yang menggunakan bahasa Using dari Banyuwangi yang diciptakan oleh Muhammad Arief. Dia adalah sosok seniman aktif di Lembaga Kebudayaan LEKRA.

Dia menciptakan lagu Genjer-Genjer sebagai gambaran kondisi warga Banyuwangi saat penjajahan Jepang.

Genjer adalah tumbuhan untuk makanan hewan ternak. Ketika Jepang menjajah, banyak warga kelaparan dan sangat terpaksa harus memakan tumbuhan genjer itu.

Baca Juga: Disebut Sebagai Drama Spesial Ulang Tahun ke-10 JTBC, Sisyphus The Myth Tayang 17 Februari 2021

Lagu Genjer-Genjer menjadi populer ketika dinyanyikan ulang oleh penyanyi terkenal pada masa Orde Lama, Bing Slamet dan juga oleh Lilis Suryani pada tahun 1962.

Pada masa Orde Lama, banyak musikus yang menyanyikan lagu ini di istana negara.

Kepopuleran lagu ini lantas dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk berkampanye. Bahkan lagu ini menjadi ciri khas bagi orang PKI.

Baca Juga: Sukses di Film Sebelumnya, To All The Boys: Always and Forever Tayang di Netflix 12 Februari 2021 

Sangking melekatnya lagu ini dengan PKI, maka stempel sebagai lagu komunis pun melekat.

Setelah terjadi G 30 S 1965, beberapa media seperti koran Pantjasila dan Berita Yudha memuat berita tentang lagu Genjer-Genjer. Namun, berbeda dengan lirik aslinya.

Baca Juga: Sinopsis Film Netflix Tayang Februari 2021, To All The Boys : Always and Forever

Media-media itu juga menurunkan berita bohong tentang penyiksaan terhadap para jenderal. Dan akhirnya media-media tersebut berhasil membuat propaganda.

Dia menciptakan lagu Genjer-Genjer sebagai gambaran kondisi warga Banyuwangi saat penjajahan Jepang.

Genjer adalah tumbuhan untuk makanan hewan ternak. Ketika Jepang menjajah, banyak warga kelaparan dan sangat terpaksa harus memakan tumbuhan genjer itu.

Baca Juga: Ketahui Bocoran Attack On Titan Chapter 137: Siapakah yang Mati, Zeke atau Levi? Titan Punya Eren Sekarat

Lagu Genjer-Genjer menjadi populer ketika dinyanyikan ulang oleh penyanyi terkenal pada masa Orde Lama, Bing Slamet dan juga oleh Lilis Suryani pada tahun 1962.

Pada masa Orde Lama, banyak musikus yang menyanyikan lagu ini di istana negara.

Kepopuleran lagu ini lantas dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk berkampanye. Bahkan lagu ini menjadi ciri khas bagi orang PKI.

Baca Juga: Menhan Prabowo dan Anies Baswedan Dikabarkan Memanas, Wagub DKI Jakarta Riza Patria Angkat Suara

Sangking melekatnya lagu ini dengan PKI, maka stempel sebagai lagu komunis pun melekat.

Setelah terjadi G 30 S 1965, beberapa media seperti koran Pantjasila dan Berita Yudha memuat berita tentang lagu Genjer-Genjer. Namun, berbeda dengan lirik aslinya.

Baca Juga: Hassaan Shahawy, Jadi Presiden Muslim Pertama Harvard Law Review : Sebuah Jurnal Bergengsi di Amerika Serikat

Media-media itu juga menurunkan berita bohong tentang penyiksaan terhadap para jenderal. Dan akhirnya media-media tersebut berhasil membuat propaganda.

Propaganda terhadap lagu ini semakin langgeng karena film G30 S PKI. Lagu itu kemudian menjadi sinonim PKI, dan karenanya dibenci sekaligus ditakuti.

Keluarga Arief pencipta lagu Genjer-Genjer, hingga tahun 2014 mendapat terror. Dan pada September 1965, rumahnya dihancurkan oleh massa karena di sangka sebagai orang PKI.

Dampak propaganda orde baru memang sangat dahsyat. Bahkan sebuah lagu yang diciptakan 77 tahun lalu masih berhasil dianggap mengerikan dan sebagai lagu PKI.

Baca Juga: Resmi! BLT UMKM Rp2,4 Juta Diperpanjang, Klik eform.bri.co.id/bpum untuk Masukkan Data Dirimu

Bahkan, lagu tersebut juga dijadikan senjata untuk menyerang orang-orang yang berbeda pendapat.***

Editor: Kurniawan Rio

Sumber: Lamongan Today

Tags

Terkini

Terpopuler