Network
Sekolah Poetri Hindia berfokus untuk mengajari para perempuan di daerahnya agar mampu membaca dan menulis bahasa Arab dan pendidikan norma masyarakat.
Roehana kudus mulai berkiprah di dunia jurnalisme saat pindah ke Bukittingi. Di sana, Roehana sangat memiliki keinginan kuat belajar menjadi jurnalis. Namun pada saat itu tak ada satupun perempuan di Hindia Belanda yang menjadi seorang jurnalis.
Perannya di dunia jurnalisme menonjol ketika bekerja sebagai jurnalis yang meliput dan menulis berita untuk media massa bernama Oetoesan Melajoe. Mulai saat itu Roehana Koeddoes diklaim sebagai jurnalis perempuan pertama Indonesia yang secara sadar meliput dan menulis berita.
Baca Juga: Hari Ini Google Doodle Khusus Tampilkan Benyamin Sueb, Sang Legenda Pelawak Betawi
Perannya yang turut memajukan surat kabar Harian Meladjoe mendapatkan apresiasi langsung oleh pemilik Oetoesan Melajoe, Datoek Soetan Maharadja. Secara khusus bagi Roehanda Koeddoes, Datoek Soetan Maharadja mendukung Roehana Koeddoes untuk menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
Roehana Koeddoes memiliki kedisiplinan menulis berita yang konsisten mengangkat tema keperempuan, kesetaraan dan perlawanan terhadap kolonialisme.
Beliau wafat pada 17 Agustus 1972, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia pada usia 87 tahun.
Demikian riwayat singkat Roehana Koeddoes, jurnalis perempuan pertama Indonesia menggaungkan masalah kesetaraan, untuk memperingatinya Google Doodle menampilkannya hari ini, 8 November 2021.***
