Berikut Ini Penularan HIV-AIDS, Ibu Ke Bayi? Simak Disini Penjelasannya

- 29 November 2021, 19:38 WIB
Ilustrasi HIV: Jangan dianggap sepele jika terkena penyakit kulit. Perlu diwaspadai, hal "sepele" ini ternyata mengindikasinya seseorang terjangkit HIV/AIDS.  Dari beberapa kajian medis, ternyata kondisi kulit bisa mengindikasikan seseorang terjangkin penyakit yang hingga saat ini belum ada obatnya itu.
Ilustrasi HIV: Jangan dianggap sepele jika terkena penyakit kulit. Perlu diwaspadai, hal "sepele" ini ternyata mengindikasinya seseorang terjangkit HIV/AIDS. Dari beberapa kajian medis, ternyata kondisi kulit bisa mengindikasikan seseorang terjangkin penyakit yang hingga saat ini belum ada obatnya itu. /Pixabay/madartzgraphics/

CerdikIndonesia - Menunggu Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Indonesia kembali diajak mengenal lebih dekat sederet cara penularan HIV-AIDS.

Agar tak salah paham, lewat apa saja human immunodeficiency virus (HIV) sebetulnya dapat menular?


Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, menerangkan cara penularan HIV yakni lewat hubungan seks berisiko, darah, serta ibu ke bayi.

Awalnya, virus ini terdapat pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia, Kemenkes Laporkan Penurunan Kasus HIV Selama Pandemi

Berikut ini penjelasan dr Nadia terkait cara penularan HIV-AIDS:

1. Hubungan seks berisiko
Menurut dr Nadia, walau hubungan homoseks laki-laki dengan laki-laki (LSL) disebut memiliki risiko penularan HIV lebih tinggi, hubungan seks yang berisiko baik pada heteroseks atau homoseks sama-sama bisa menjadi cara penularan HIV.

"(Cara mencegah) penularan (HIV) melalui hubungan seks berisiko tentu (cara) satum tidak melakukan hubungan seks berisiko, setia pada satu pasangan. Kedua, menggunakan alat pelindung seperti kondom," terangnya dalam konferensi pers virtual terkait Hari Aids Sedunia 2021, Senin (29/11/2021).

2. Darah
Dari darah, HIV dapat menular melalui alat suntik yang tercemar dan transfusi darah. Maka itu, amat penting untuk tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian. Proses transfusi darah pun memerlukan prosedur filtrasi lebih dulu agar tidak menjadi medium penularan HIV dan penyakit menular lainnya.

"Penularan secara darah bisa kita lakukan (dengan) suntik harus sekali pakai, tidak boleh bergantian. Untuk transfusi darah, kita lakukan pemeriksaan laboratorium agar transfusi darah bebas dari HIV dan penyakit menular," beber dr Nadia.

Baca Juga: Pesan WHO di Hari AIDS Sedunia: Jaga Mental Kurangi Stress

3. Ibu ke bayi
Terakhir, penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi melalui kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Mengantisipasi risiko tersebut, ibu bisa melakukan pemeriksaan dini agar tak kemudian menular ke anak.

"Ibu mendeteksi sebelum kehamilan apakah dia menderita HIV dan memiliki program itu yang kita sebut 'Triple Eliminasi' yaitu penawaran tes pada ibu hamil untuk kondisi-kondisi atau mencegah penyakit HIV, sifilis, dan hepatitis," terang dr Nadia.

"Karena ketiga penyakit ini adalah penyakit yang ditularkan dari ibu ke anaknya semasa hamil, melahirkan, dan menyusui. Jadi kalau ibu yang positif HIV, positif sifilis, atau positif hepatitis kalau diketahui dari awal bisa kita lakukan pengobatan sehingga mencegah anaknya tertular dari ibunya," imbuhnya menjawab cara penularan HIV-AIDS.

dr Nadia mengatakan, HIV pada dasarnya tidak mudah menular. Bagaimana penjelasannya?

dr Nadia juga menjelaskan, HIV pada dasarnya tidak mudah menular. Artinya, cara penularan HIV-AIDS amat terbatas pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI.

Halaman:

Editor: Safutra Rantona


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x