Baca Juga: Jelang Pilkada Tagar #BelaBuRisma Menggema di Twitter
“Mau tidak mau kita harus melakukan hybrid, karena yang dimaksudkan tatap muka itu bukan sekolah normal. Sama sekali tidak normal, minimal harus ada dua rotasi, karena hanya diperbolehkan 18 anak perkelas, biasanya 36. Harus menggunakan masker. Jadi mau nggak mau harus ada komponen PJJnya. Tidak boleh ada kantin, aktifitas olahraga, ekskul. Hanya masuk kelas keluar kelas pulang,” jelasnya
Menurut Nadiem ia rasa sekolah tatap muka ini yang dibutuhkan bagi anak-anak daerah yang susah mendapatkan sinyal, sehingga ia melakukan program ini.
Sistem hybrid learning juga merupakan jalan satu-satunya yang menurut ia harus ditempuh karena jika orang tua kemungkinan masih khawatir mengenai sekolah tatap muka ini, maka ia diperbolehkan PJJ.
Jadi sistem pendidikan nantinya akan ada online dan offline dalam satu waktu. ***