Pelajaran Dari Gusdur Yang Sangat Penting Untuk Saat Ini !

- 15 September 2020, 12:59 WIB
/Foto: Rizky maqbul/

CERDIKINDONESIA_ Disana penangkapan, disini penangkapan, disitu pun penangkapan. Muak rasanya akhir-akhir ini melihat pemberitaan media, yang terus menerus mengabarkan kabar-kabar penangkapan masyarakat yang menyuarakan pikiran dan melepaskan suara-suara pengkritikan.

Kalau lah kita belajar dari gusdur pasti ini tidak akan terjadi, Toh yang menghina secara frontal saja ia diam dan biarkan, apalagi yang mengkritik, terlebih kalau kritikan nya bermutu dan berisi.

Deretan kasus pembungkaman, penangkapan dan penyerangan di dunia maya secara massif terhadap individu yang menyuarakan pendapat dan pikiran nya terus terjadi, mulai dari bintang emon, jerinx, dan terakhir individu yang hanya menyampaikan kutipan dari alm. Abdurahman wahid (Gusdur) tentang polisi jujur di indonesia.

 

Baca Juga: Taman Wisata Mangrove, Wisata Alam di Biak

 

Rasa mudah tersinggung di tahun 2020 ini seperti sedang berada di masa kejayaan nya, lapor melapor pun menjadi bentuk perilaku yang tumbuh subur dan itu membuktikan kebenaran bahwa sedang terjadi masalah dengan kekebalan tubuh masyarakat dan pemerintah Indonesia terhadap kritikan.


Mari kita belajar dari sosok mantan presiden RI yang terkenal dengan selera humor kelas tinggi dan sang tokoh pluralism di Indonesia, K.H Abdurrahman Wahid.
Gusdur pernah dihina oleh seorang laki-laki yang tentu berbeda pendapat atau pandangan dengan gusdur, seorang laki-laki tersebut mengebu-gebu mengeluarkan kata-kata kasar dan berapi-api melontarkan kecaman. Gusdur dengan santai nya, mendengarkan dengan tenang, tidak membalas ucapan lelaki yang menghina nya dan mengedepankan nilai-nilai sabar yang dimilikinya.

 

Baca Juga: Cara Menjaga Kesehatan Saat Work From Home (WFH), Berikut Tipsnya ?


Lantas setelah lelaki yang berbeda pandangan dengan gusdur itu pergi, murid gusdur yang menyaksikan langsung kejadian itu bertanya pada gusdur terkait respon diam nya gusdur?


Gusdur bertanya kembali kepada muridnya? “ jika ada seseorang memberimu sesuatu, lalu kamu tidak menerimanya, dan menjadi milik siapakah pemberian itu?”

Murid gusdur menjawab “tentu menjadi milik si pemberi”


“begitu pula dengan kata-kata kasar tadi” saut gusdur.


Dari peristiwa di atas, gusdur mengajarkan kepada kita untuk tidak mudah tersinggung dan kemudian merespon kritikan seseorang dengan marah, apalagi sampai lapor melaporkan. Lebih jauh dari itu, ini berkaitan dengan salah satu nilai paling dasar dari demokrasi yaitu kebebasan berpendapat. Jika pembungkaman atas pikiran dan suara suara kritikan terus dilakukan maka demokrasi Indonesia saat ini benar-benar sedang dalam masalah yang serius.

 

Baca Juga: Sancho Membuka Kemenangan Dortmund Atas Duisburg Pada Pertandingan DFB Pokal


Mari menjadi manusia yang punya daya dengar yang baik, dan sifat keterbukaan atas kritik, karna kritik pada dasarnya adalah alarm pengingat untuk kembali kepada jalan yang benar. Perbedaan pendapat dan kritik adalah energi dalam demokrasi, membatasi perbedaan dan melarang kritik sama dengan membunuh demokrasi itu sendiri.


Terakhir ada kutipan dari gusdur yang bisa dijadikan acuan kedepan, supaya tidak mudah tersinggung.


“Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia adalah hamba yang masih amatiran” K.H Abdurrahman Wahid.

Editor: Safutra Rantona


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x